LARANGAN VALENTINE BAGI UMMAT ISLAM
Hari
Valentine, secara oral, sudah ditetapkan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Pada
tanggal-tanggal menjelang hari H (tanggal 14 Februari), mall-mall dan pusat
pertokoan di kota-kota besar, akan dijumpai pernak-pernik dengan warna dominan
pink. Beberapa pasangan muda-mudi berboncengan pada malam harinya.Banyak yang
menjadikan hari ini sebagai hari yang mereka peruntukkan bagi kekasihnya.
Hari
Valentine disuguhkan dengan mitos ‘perjuangan cinta’ di masa lampau, yaitu
tentang Santo Valentinus. Dikisahkan pada zaman Kekaisaran Romawi, raja
mempunyai ide untuk tidak menikahkan prajurit, karena pernikahan akan
mempengaruhi kualitas tempur prajurit mereka. Tetapi muncul pendeta Valentinus,
yang menikahkan beberapa pasangan, sehingga melanggar aturan raja (Claudius II),
lalu ia dihukum penggal kepala. Kisah ini paling banyak diungkit, meski tidak
banyak diketahui secara detail siapakah Valentinus, dan seberapa benarkah
cerita demikian.
Versi
demikian adalah salah satu versi.Banyak yang meyakini, versi ini sengaja
‘dikasih warna Kristen.Versi lainnya menyatakan bahwa Hari Valentine sudah
diperingati jauh-jauh hari sebelumnya di Romawi.Penduduk Romawi memperingati
tanggal 15 Februari sebagai Hari Lupercalia, dewa kesuburan.2 hari sebelum
mencapai puncaknya (15 Februari) terlebih dahulu mereka mempersembahkan ritual
bagi Dewi Juno Februata, Dewi Cinta.2 hari ini (tanggal 13 dan 14 Februari),
mereka harus berkumpul untuk mengundi siapa gadis dalam kotak, dan mengambil
undian secara acak.Setelah mengambil undian, mereka mengambil gadis yang
disebutkan namanya berdasarkan undian, lalu bersenang-senang dengan pemuda yang
telah mengundinya.
Banyak kepentingan, kenapa hari tersebut sengaja
‘dipatenkan’ pada zaman modern ini.Satu sisi, banyak orang yang menyukai
kemeriahan. Di sisi lainnya, banyak pengusaha yang mengambil keuntungan bisnis
dari pengusaha produsen (pencipta pernak-pernik), jasa (penyelenggaraan
event-event valentine’s day), distributor (toko-toko/mall penyedia
pernak-pernik), sampai media massa (sebagai bahan berita menarik). Sedangkan
seorang tokoh agama Kristen (Santo Valentinus), entah sebagai nama fiktif atau
bukan, dihormati sebagai ‘pejuang cinta’.
Banyak orang yang berusaha mencari letak kehalalan Hari
Valentine ini dengan mengqiyaskan (membandingkan) teknologi, yang keduanya
sama-sama berasal dari Barat.Keduanya jelas berbeda. Teknologi adalah alat
(cara) untuk memudahkan sesuatu, sedangkan Valentine adalah kultur yang memuat
pandangan hidup yang bertentangan dengan Islam.
Firman Allah: "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36).
Penolakan Islam terhadap Valentine adalah
sistem nilai yang termuat di dalamnya, selain juga latar belakang sejarah Hari
Valentine itu sendiri. Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk membangun sistem pergaulan
bebas antara pria dan wanita. Islam mengatur bagaimana pria berinteraksi dengan
perempuan, terutama dengan non muhrim.Sehingga Khalwat (berduaan) dengan
perempuan, sebagaimana sering ditemukan oleh muda-mudi yang merayakan Hari
Valentine ini, dilarang oleh agama.
Firman Allah: :"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al Isra': 32).
Banyak ungkapan ‘cinta’ ditujukan secara
tulus kepada pasangannya, tetapi banyak cerita seorang perempuan yang hamil
ditinggal pergi oleh sang pacar, yang sebelumnya ia yakini benar-benar
menunjukkan cinta sejati kepada dirinya.
Islam adalah agama yang berisi muatan
kandungan ajaran yang bertujuan menempatkan manusia pada posisi
sebaik-baiknya.Sebagai makhluk yang dekat kepada Robb-Nya, sekaligus dapat
berinteraksi secara berimbang dengan kehidupan sosialnya.
Tidak ada komentar: