Lembaga sosial ini terlahir dari kesadaran penuh akan tanggung jawab moral untuk mensejahterakan ummat.

. ©

PROFIL

Lembaga sosial ini terlahir dari kesadaran penuh akan tanggung jawab moral untuk mensejahterakan ummat. Dengan tagline setiap orang bisa meraih kesejahteraan keberadaan lembaga ini ditopang oleh Sumberdaya Manusia Muda dan Profesional untuk meraih visi besarnya melalui im-plementasi 4 pilar yang menjadi spirit lembaga yaitu : Edukasi, Inovasi, Solidaritas,& Sinergitas.Lembaga sosial ini terlahir dari kesadaran penuh akan tanggung jawab moral untuk mensejahterakan ummat. Dengan tagline setiap orang bisa meraih kesejahteraan keberadaan lembaga ini ditopang oleh Sumberdaya Manusia Muda dan Profesional untuk meraih visi besarnya melalui im-plementasi 4 pilar yang menjadi spirit lembaga yaitu : Edukasi, Inovasi, Solidaritas,& Sinergitas.

VISI

Menjadi Lembaga Sosial Ber-taraf Internasional yang Ber-peran Aktif Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Ummat

MISI

Menjalankan Roda Kelembagaan Secara Profesional, Progresif, Inovatif, dan Transparan Untuk Mewujudkan Visi Bersama.
Mengembangkan Program Unggulan Berbasis Kemanfaatan, Inovasi, dan Ko-laborasi
Optimalisasi Teknologi Informasi dan Media Sosial untuk Memperluas Daya Jangkau Kelembagaan
Optimalisasi dana sosial kemasyara-katan, khususnya ZISWAF untuk Mewujudkan Visi Bersama


Resume

Employment

Education

Recent Posts






Robiul Akhir merupakan seperempat kedua dari kalender hijriyah, oleh karena itu selain disebut dengan Robiul akhir juga disebut dengan bulan Robi’uts Tsani. Bulan ini adalah bulan keempat dari system penanggalan Hijriyah, sesudah Robiul Awwal dan sebelum memasuki bulan Jumadil Awwal. Terdapat beberapa peristiwa penting di Bulan ini.

Salah satunya adalah Percobaan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad dengan menggunakan batu yang dilakukan oleh sekelompok dari Bani Nadzir di Kota Madinah. Peristiwa ini terjadi di bulan RObiul AKhir di tahun ketiga HIjriyah.  Selain itu terdapat banyak peristiwa di masa ini diantaranya yaitu  perang Najran(pengusiran bani Nadzir), perang Al Ghabah(disebut Al Ghobah karena penyerangan oleh Unaynah bin Hizn Al Farisi orang Ghatafan terhadap unta-unta milik nabi di Al Ghabah. Perang ini juga disebut perang Dzi Qarad, terjadi pada 6H ), perang al Ghamar(untuk menyerang kabilah Bani Asad yang dipimpin oleh Ukkashah bin Mishan)

Demikian beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan Robiul Akhir. Adapun dalam banyak sumber mengatakan bahwa wafatnya Abu Bakar Ash Shiddiq serta wafatnya Imam Al Ghazali adalah pada Bulan Rabiul Akhir adalah salah. Karena dari sumber yang lebih terpercaya, wafat kedua tokoh tersebut adalah pada Jumadil Akhir.

Bulan  banyak sekali terjadi perang. Sampai Asbabun Nuzul diturunkannya Al Hasyr adalah karena penghianatan yang memicu perang, Mulai dari masa Rasulullah sampai peristiwa setelah Rasulullah wafat. Sehingga pada bulan ini hendaknya kita memperbanyak diri dalam mengingat Allah dan meningkatkan ketakwaan serta menjadi pribadi yang mencintai kedamaian.
Keutamaan bulan Robiul Akhir ini adalah mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa perang sehingga membantu kita meningkatkan rasa cinta pada sesama. Untuk itu, keutamaan yang harus kita kerjakan pada bulan ini adalah:

1. Melaksanakan perintah yang wajib dengan lebih giat
Seperti dalam firman Allah surat Ar Ro’du ayat 11:
Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri.”
Maksudnya adalah bahwa mningkatkan diri dalam melaksanakan perintah wajib seperti shalat wajib, puasa Ramadhan, Zakat dalam islam, dan lainnya adalah datang dari diri sendiri. Untuk diri sendiri yaitu memenuhi kuwajiban serta menjauhkan diri dari kufur. “sesungguhnya solat menjauhkan dari kufur”(al hadits)

2. Memperbanyak shodaqoh
Karena dalam bulan ini banyak terjadi perang dan mengingatkan kita tentang perang, maka sebaiknya kita mulai membangun rasa cinta kepada sesama dengan meningkatkan shodaqoh amal jariyah kita. Adapun shodaqoh sebaiknya kita berikan kepada Fakir Miskin, anak Yatim, orang yang berjuang di Jalan Allah, orang yang terlilit hutang, dan orang yang sedang bepergian. Selain itu kita juga dapat menyumbangkan sebagian harta kita untuk Jariyah. 

Jariyah adalah ibadah yang pahalanya akan terus mengalis meskipun kita telah mati seperti memberikannya pada Masjid, Sekolah berbasis Islam, Musholla, Tempat pengajian dan lain-lain. Sehingga ketika tempat-tempat tersebut masih dipergunakan untuk solat, kajian, menuntut ilmu, maka pahala dari jariyah kita tidak akan putus meskipun kita telah mati. 

3. Perbanyak melaksanakan solat Berjamaah
Solat berjamaah selain memiliki keutamaan sholat berjama’ah menambah pahala kita dua puluh tujuh derajat juga membuat kita lebih sering bersosial. solat berjamaah juga meningkatkan rasa solisaritas kita terhadap sesama muslim. Seorang Ulama pernah berkata bahwa Kaum Yahudi sangat mengetahui kehancuran Islam adalah ketika sedikitnya muslim yang berjamaah solat subuh. Dan Masya Allah, jamaah solat subuh pun dikebanyakan tempat memang semakin berkurang tiap tahunnya.

4. Memperbanyak membaca doa tolak balak
Doa ini dimaksudkan untuk menghindari diri dari balak atau musibah. Doa ini berbunyi:
Allahumma Ya Kaafiyal Bala’, Ikfinal Bala’, Qobla nuzulihi minas sama’ Yaaa Allah.”
Atau doa ini:
Allahumma idfa’ anna Al gholaa’a, wal balaa’a, wal wabaa’a, wal fakhsyaa’a, wal munkara, was suyufal mukhtalifata, wasy sydaaida wal mikhana ma dhoharo minha wama bathona min baladina haadza khoshotan wa min baldani muslimiina Amatan innaka Ala kulli syai’in Qodiir.”
Artinya:
“Ya Allah, hindarkanlah dari kami kekurangan pangan, cobaan-cobaan hidup, penyakit-penyakit wabah, perbuatan keji dan mungkar, ancaman-ancaman yang beraneka ragam, paceklik-paceklik dan segala ujian, yang lahir maupun yang bathin, di negri kami pada khususnya, dan umumnya di negri orang-orang muslim, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

5. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah
Takwa yang dimaksud adalah melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Memjauhi larangan Allah lah yang terasa sulit jika kita tidak terbiasa melakukannya seperti menghindari zina dalam islam. Makanya, ada bermcam-macam manusia. yang pertama manusia yang melaksanakan perintahNya dan tidak menjauhi laranganNya, yang tidak melaksanakan perintah dan tidak menjauhi laranganNya, dan yang melaksanakan perintah dan menjauhi larangan sangat jarang sekali.
Read more Posted Under:





Hari Valentine, secara oral, sudah ditetapkan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Pada tanggal-tanggal menjelang hari H (tanggal 14 Februari), mall-mall dan pusat pertokoan di kota-kota besar, akan dijumpai pernak-pernik dengan warna dominan pink. Beberapa pasangan muda-mudi berboncengan pada malam harinya.Banyak yang menjadikan hari ini sebagai hari yang mereka peruntukkan bagi kekasihnya.

Hari Valentine disuguhkan dengan mitos ‘perjuangan cinta’ di masa lampau, yaitu tentang Santo Valentinus. Dikisahkan pada zaman Kekaisaran Romawi, raja mempunyai ide untuk tidak menikahkan prajurit, karena pernikahan akan mempengaruhi kualitas tempur prajurit mereka. Tetapi muncul pendeta Valentinus, yang menikahkan beberapa pasangan, sehingga melanggar aturan raja (Claudius II), lalu ia dihukum penggal kepala. Kisah ini paling banyak diungkit, meski tidak banyak diketahui secara detail siapakah Valentinus, dan seberapa benarkah cerita demikian.

Versi demikian adalah salah satu versi.Banyak yang meyakini, versi ini sengaja ‘dikasih warna Kristen.Versi lainnya menyatakan bahwa Hari Valentine sudah diperingati jauh-jauh hari sebelumnya di Romawi.Penduduk Romawi memperingati tanggal 15 Februari sebagai Hari Lupercalia, dewa kesuburan.2 hari sebelum mencapai puncaknya (15 Februari) terlebih dahulu mereka mempersembahkan ritual bagi Dewi Juno Februata, Dewi Cinta.2 hari ini (tanggal 13 dan 14 Februari), mereka harus berkumpul untuk mengundi siapa gadis dalam kotak, dan mengambil undian secara acak.Setelah mengambil undian, mereka mengambil gadis yang disebutkan namanya berdasarkan undian, lalu bersenang-senang dengan pemuda yang telah mengundinya.

Banyak kepentingan, kenapa hari tersebut sengaja ‘dipatenkan’ pada zaman modern ini.Satu sisi, banyak orang yang menyukai kemeriahan. Di sisi lainnya, banyak pengusaha yang mengambil keuntungan bisnis dari pengusaha produsen (pencipta pernak-pernik), jasa (penyelenggaraan event-event valentine’s day), distributor (toko-toko/mall penyedia pernak-pernik), sampai media massa (sebagai bahan berita menarik). Sedangkan seorang tokoh agama Kristen (Santo Valentinus), entah sebagai nama fiktif atau bukan, dihormati sebagai ‘pejuang cinta’. 

Banyak orang yang berusaha mencari letak kehalalan Hari Valentine ini dengan mengqiyaskan (membandingkan) teknologi, yang keduanya sama-sama berasal dari Barat.Keduanya jelas berbeda. Teknologi adalah alat (cara) untuk memudahkan sesuatu, sedangkan Valentine adalah kultur yang memuat pandangan hidup yang bertentangan dengan Islam.

Firman Allah: "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36).

Penolakan Islam terhadap Valentine adalah sistem nilai yang termuat di dalamnya, selain juga latar belakang sejarah Hari Valentine itu sendiri. Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk membangun sistem pergaulan bebas antara pria dan wanita. Islam mengatur bagaimana pria berinteraksi dengan perempuan, terutama dengan non muhrim.Sehingga Khalwat (berduaan) dengan perempuan, sebagaimana sering ditemukan oleh muda-mudi yang merayakan Hari Valentine ini, dilarang oleh agama.

Firman Allah: :"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al Isra': 32). 

Banyak ungkapan ‘cinta’ ditujukan secara tulus kepada pasangannya, tetapi banyak cerita seorang perempuan yang hamil ditinggal pergi oleh sang pacar, yang sebelumnya ia yakini benar-benar menunjukkan cinta sejati kepada dirinya. 

Islam adalah agama yang berisi muatan kandungan ajaran yang bertujuan menempatkan manusia pada posisi sebaik-baiknya.Sebagai makhluk yang dekat kepada Robb-Nya, sekaligus dapat berinteraksi secara berimbang dengan kehidupan sosialnya.
Read more Posted Under:




Di seberang wilayah terdapat segelintir orang yang memahami ajaran agama secara sangat ekstrim, sehingga mengancam keseimbangan lingkungan sosial.  Akhir-akhir ini pula kita dikagetkan dengan undangan 'pesta bikini' bagi para pelajar yang akan lulus dari Sekolah Menengah Atas. Di sisi lainnya, bermunculan kebebasan pemikiran yang menyerang-nyerang sakralitas agama, dan merasa dirinya legal. 

Mereka seakan tak paham, bahwa Kebebasan dirinya sangat dibatasi dengan kebebasan orang lain. Kebebasan dibatasi dengan 'perasaan' orang lain. Di Eropa dan Amerika saja, minuman alkohol dan sesuatu yang berbau mesum dijauhkan dari anak-anak. Mereka juga membatasi aturan, tidak diperbolehkan untuk menyinggung masalah 'kulit'. Hal ini berbeda dengan kita, yang masih bebas menyinggung masalah tentang 'kulit'. Oleh karena itu sosialisasi dan internalisasi Pancasila penting untuk diterapkan dalam kehidupan keagamaan, masyarakat maupun pendidikan kita.

Pancasila adalah dasar Negara kita. Negara kita bukan lah Negara Islam, tetapi bukan pula Negara liberal. Di Indonesia, tidak berlaku hokum syariat Islam, kecuali di beberapa tempat dimana mayoritas rakyatnya menginginkan tegaknya syariat Islam. Meski demikian, hokum syariat islam tidak lah bertentangan dengan Pancasila, karena taka da satu pun butir pancasila yang menyalahi ajaran Islam, begitu pula sebaliknya. 

Negara kita bukan lah Negara Liberal, dimana apapun wujud ekspressi dan kebebasan sama sekali tidak dibatasi. Sehingga tidak sah bagi seseorang untuk mengusung ideology ini. Dalam implementasi nilai liberalisme yang bertentangan dengan Pancasila ini, mereka mewujudkannya dalam banyak hal. Mereka menginginkan agar disahkan hokum pernikahan sejenis, melegalkan peredaran miras, melegalkan porstitusi, sampai ingin memhilangkan batasan ‘kepantasan’ dalam tarian. Seakan-akan semua itu sesuai dengan Pancasila, padahal tidak sama sekali.

Akhir-akhir ini, Pendidikan Pancasila sangat dibutuhkan, disamping pendidikan agama. Karena Pendidikan nilai Pancasila adalah pendidikan tentang moral yang berlaku secara operatif di wilayah kebangsaan yang plural ini, yang didalamnya memuat nilai-nilai keagamaan. Pendidikan pancasila penting karena akhir-akhir ini remaja dan pelajar menjadi tak terkendali. Di sisi lainnya terdapat segelintir kelompok radikal yang mewujudkan Negara Islam dengan jalan kekerasan. Di sisi lainnya, terdapat ajaran liberalisme yang menghalalkan segala sesuatu dan terang-terangan hendak menjadikan kebebasan manusia menggantikan hokum Tuhan.

Masjid hendaknya mengambil sikap dalam menyosialisasikan nilai Pancasila ini di tengah masyarakat. Oleh karena itu para takmir masjid, khususnya imam masjid yang biasa memberikan ceramah ke masyarakat, mestinya orang yang paham akan pentingnya menjaga lingkungan hidup maupun lingkungan social, dari kerusakan, baik dari segi agama maupun dari segi pancasila. Sehingga para takmir dan jama'ah masjid dapat memahami Pancasila dapat berjalan secara parallel, dan dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat.
Read more Posted Under:
 


Minta-minta lagi, itulah kenyataan yang sering kita lihat di masjid kita hari ini, khususnya dalam persoalan dana. Minta-minta dana pada jama’ah seakan-akan telah menjadi budaya atau kultur masjid kita hari ini, khususnya lagi pengurus masjid yang sudah tak lagi produktif dan tidak memiliki paradigma (cara padang) memakmurkan masjid dengan paradigma memberi. 

Mungkin dalam pandangan mereka meminta dana pada jama’ah adalah hal yang lumrah untuk dilakukan sebagaimana aktivitas kampung pada umumnya, khususnya di tingkat RT. Mungkin mereka beranggapan pula, jika tidak meminta jama’ah, tak akan ada dana, sehingga kegiatan masjid akhirnya tak bisa berjalan.


Pembaca sekalian, maka wajar jika hampir bisa dipastikan setiap akan ada kegiatan masjid, para takmir masjid kita seringkali membagi struk permohonan dana. Mau memberi subsidi tenaga pengajar TPA/TPQ minta-minta jama’ah, mau mengadakan pengajian minta-minta dana ke rumah-rumah jama’ah, bahkan mau membangun atau merenovasi masjid pun, tak malu-malu meminta-minta jama’ah.

Terkhusus permintaan untuk dana pembangunan atau renovasi masjid seringkali tak pandang bulu, semua orang muslim dimintai dana, entah itu beda kelompok, ormas atau jama’ah, baik dari kalangan orang muslim yang tidak sholat sampai jama’ah aktif, tak satupun luput dari permohonan dana dengan satu alasan bahwa pembangunan atau renovasi masjid adalah tanggungjawab bersama setiap individu muslim.

Tapi, ketika masjid telah berdiri kokoh dan megah, lantas lupa dari mana dana pembanguan atau renovasi itu berasal, kemudian dengan arogan mengakuisisi bahwa masjid ini adalah milik ormasku, sebab telah di wakafkan pada ormasku, kemudian membatasi bahwa yang boleh jadi pengurus masjid, hanya pengurus atau simpatisan ormas tersebut, sedangkan jama’ah lainnya hanya boleh jadi jama’ah sholat semata.

Sedangkan untuk kalangan muslim yang awalnya juga dimintai dana, tapi belum mau sholat dan belum siap untuk datang ke masjid setelah masjid berdiri megah nan kokoh, tak satupun program masjid yang peduli pada mereka yang belum terketuk hatinya untuk sholat ke masjid. 

Setiap kajian dan ceramah agama, saudara kita sesama muslim yang belum sadar untuk kembali pada Islam, senantiasa menjadi bahan untuk dipersalahkan dan terus saja disindir aktivitasnya, padahal semula mereka juga dimintai dana ketika masjid sedang membutuhkan dana untuk pembangunan atau perenovasian masjid.

Pembaca sekalian, fenomena sebagaimana yang saya sampaikan di atas adalah kenyataan yang banyak terjadi di masjid kita hari ini. 

Masjid akan berusaha dekat dengan masyarakat dan tidak mempermasalahkan dari ormas atau kelompok manapun, seringkali dekatnya hanya kalau ada maunya. Jika butuh tak malu-malu meminta, jika sudah tercapai keinginannya, lupa akan prilaku awalnya. Ya, inilah gambaran masjid kita hari ini yang hanya pandai meminta, tapi tidak pandai memberi. 


Dari paradigma meminta berimplikasi banyak hal, antara lain :

1) Terjadi pengendapan dana kas masjid di luar batas kewajaran, bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Lebih ironis lagi, dana tersebut hanya disimpan di bank atau diendapkan di bendahara, sedangkan masyarakat tidak bisa memanfaatkannya jika mereka  membutuhkannya.

2) Masjid akhirnya secara tak langsung ikut membebani masyarakat sekitar dengan berbagai permohonan dana. Belum lagi masyarakat terbebani pula dengan iuran kampung. Akhirnya ummat serba salah untuk menyikapi permohonan dana dari masjid. Kalau tidak diberi, kenyataannya masjid membutuhkan dana, tapi jika diberi kenyataannya sudah banyak uang yang mereka keluar untuk berbagai macam iuran atau sumbangan.

3) Ketua atau pengurus takmir masjid akan sangat tergantung dengan dana jama’ah dan kecendrungannya tidak mau repot-repot untuk menggalang dana dari pintu lainnya. Sebab, jika ada kegiatan masjid cukup minta jama’ah dari rumah ke  rumah.

4) Pembangunan atau renovasi masjid akan menjadi skala prioritas para takmir masjid kita hari ini, padahal masih banyak masyarakat muslim di sekitar masjid yang membutuhkan uluran bantuan dari masjidnya.

5) Masyarakat jadi tidak terdidik untuk berinfaq, mungkin mereka beranggapan nggak usah infaqlah, toh nanti takmir masjid juga akan datang ke rumah untuk meminta dana. Akhirnya, paradigma meminta-minta ini tidak mampu menumbuhkan kesadaran berinfaq, bahwa infaq itu bukan kepentingan masjid, tapi kepentingan setiap pribadi yang mengaku beriman. 

Pembaca sekalian, dari uraian di atas bisa kita ambil pelajaran bahwa memakmurkan masjid dengan paradigma meminta-minta akan sangat memberatkan jama’ah masjid. Untuk itu, marilah kita dorong masjid kita untuk tidak meminta dana dari jama’ah, terlebih lagi meminta-minta dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah. Di tengah ekonomi masyarakat yang sulit seperti saat ini, seharusnya ummat di sekitar masjid tidak dibebani dengan berbagai iuran dari masjidnya.

Yakinlah, jika kita mengelola masjid dengan benar dan lebih mementingkan pembanguan ummat dari pada pembangunan fisik masjid, memakmurkan masjid dengan paradigma memberi akan mampu kita laksanakan dengan baik, sebab masjid akan menjalankan perannya sesuai dengan kemampuan dana yang dimiliki, tidak berlebih-lebihan. 

Tapi jika, ketua atau pengurus takmir masjid menggulirkan program semacam membangun atau merenovasi masjid di luar batas kemampuan yang dimiliki masjid, padahal masjid sebenarnya belum butuh direnovasi (hanya karena mendapatkan bantuan dana renovasi), maka ujung-ujungnya yakni meminta tambahan dana dari masyarakat sekitar masjid.

Kesimpulan, dari tema ini yakni ternyata tidaklah mudah menjadi Ketua atau Pengurus masjid hari ini, apalagi menjadi ketua atau pengurus takmir masjid yang memiliki paradigma memberi dan mampu menahan diri untuk tidak meminta-minta jama’ah dalam setiap kegiatan yang diadakan masjid, walaupun masjid benar-benar membutuhkan dana, tapi bangunlah kesadaran dan kepedulian ummat terhadap masjidnya. 

Jika mereka memiliki kesadaran dan kepedulian, segala hal yang berhubungan dengan masjid akan menjadi mudah. Tapi sayangnya, banyak ketua atau pengurus masjid hari ini yang belum menjadikan pentingnya kesadaran dan kepedulian berinfaq jama’ah menjadi agenda programnya. Wallahu ‘alam bishowab.
Read more Posted Under:




Strukturlembaga
Pembina:
·         KH. Cholid Mahmud, MT
·         Dr. ArmanWidjonarko

Pengawas:
·         Much. Maskuri
·         DR. H. TulusMusthofa, Lc, M.Ag

 Pengurus:
·         EkantiniPujiBasuki (Ketua)
·         NurcahyoNugroho (Sekretaris I)
·         WahyuSubekti (Sekretaris II)
·         EsaputriPurwandari (Bendahara I)
·         Surhidayat (Bendahara II)

PengelolaMaal:
·         EsaputriPurwandari, S.E
·         Ahmad Arifin, S.Ag
·         Rezky Lasekti W, S.Hut
Read more Posted Under:

Popular Post

Comments

Videos

Formulir Kontak

♖Your Name :
✎Your Email *required
✉Your Message *required