PROFIL
Lembaga sosial ini terlahir dari kesadaran penuh akan tanggung jawab moral untuk mensejahterakan ummat. Dengan tagline setiap orang bisa meraih kesejahteraan keberadaan lembaga ini ditopang oleh Sumberdaya Manusia Muda dan Profesional untuk meraih visi besarnya melalui im-plementasi 4 pilar yang menjadi spirit lembaga yaitu : Edukasi, Inovasi, Solidaritas,& Sinergitas.Lembaga sosial ini terlahir dari kesadaran penuh akan tanggung jawab moral untuk mensejahterakan ummat. Dengan tagline setiap orang bisa meraih kesejahteraan keberadaan lembaga ini ditopang oleh Sumberdaya Manusia Muda dan Profesional untuk meraih visi besarnya melalui im-plementasi 4 pilar yang menjadi spirit lembaga yaitu : Edukasi, Inovasi, Solidaritas,& Sinergitas.
VISI
Menjadi Lembaga Sosial Ber-taraf Internasional yang Ber-peran Aktif Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Ummat
MISI
Menjalankan Roda Kelembagaan Secara Profesional, Progresif, Inovatif, dan Transparan Untuk Mewujudkan Visi Bersama.
Mengembangkan Program Unggulan Berbasis Kemanfaatan, Inovasi, dan Ko-laborasi
Optimalisasi Teknologi Informasi dan Media Sosial untuk Memperluas Daya Jangkau Kelembagaan
Optimalisasi dana sosial kemasyara-katan, khususnya ZISWAF untuk Mewujudkan Visi Bersama
VISI
Menjadi Lembaga Sosial Ber-taraf Internasional yang Ber-peran Aktif Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Ummat
MISI
Menjalankan Roda Kelembagaan Secara Profesional, Progresif, Inovatif, dan Transparan Untuk Mewujudkan Visi Bersama.
Mengembangkan Program Unggulan Berbasis Kemanfaatan, Inovasi, dan Ko-laborasi
Optimalisasi Teknologi Informasi dan Media Sosial untuk Memperluas Daya Jangkau Kelembagaan
Optimalisasi dana sosial kemasyara-katan, khususnya ZISWAF untuk Mewujudkan Visi Bersama
Resume
Employment
Education
Recent Posts
Robiul Akhir merupakan seperempat
kedua dari kalender hijriyah, oleh karena itu selain disebut dengan Robiul
akhir juga disebut dengan bulan Robi’uts Tsani. Bulan ini adalah bulan keempat
dari system penanggalan Hijriyah, sesudah Robiul Awwal dan sebelum memasuki
bulan Jumadil Awwal. Terdapat beberapa peristiwa penting di Bulan ini.
Salah satunya adalah Percobaan pembunuhan terhadap Nabi
Muhammad dengan menggunakan batu yang dilakukan oleh sekelompok dari Bani
Nadzir di Kota Madinah. Peristiwa ini terjadi di bulan RObiul AKhir di tahun
ketiga HIjriyah. Selain itu terdapat
banyak peristiwa di masa ini diantaranya yaitu
perang Najran(pengusiran bani Nadzir), perang Al Ghabah(disebut Al
Ghobah karena penyerangan oleh Unaynah bin Hizn Al Farisi orang Ghatafan
terhadap unta-unta milik nabi di Al Ghabah. Perang ini juga disebut perang Dzi
Qarad, terjadi pada 6H ), perang al Ghamar(untuk menyerang kabilah Bani Asad
yang dipimpin oleh Ukkashah bin Mishan)
Demikian beberapa peristiwa yang
terjadi pada bulan Robiul Akhir. Adapun dalam banyak sumber mengatakan bahwa
wafatnya Abu Bakar Ash Shiddiq serta wafatnya Imam Al Ghazali adalah pada Bulan
Rabiul Akhir adalah salah. Karena dari sumber yang lebih terpercaya, wafat
kedua tokoh tersebut adalah pada Jumadil Akhir.
Bulan banyak sekali terjadi perang. Sampai Asbabun
Nuzul diturunkannya Al Hasyr adalah karena penghianatan yang memicu perang,
Mulai dari masa Rasulullah sampai peristiwa setelah Rasulullah wafat. Sehingga
pada bulan ini hendaknya kita memperbanyak diri dalam mengingat Allah dan
meningkatkan ketakwaan serta menjadi pribadi yang mencintai kedamaian.
Keutamaan bulan Robiul Akhir ini
adalah mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa perang sehingga membantu kita
meningkatkan rasa cinta pada sesama. Untuk itu, keutamaan yang harus kita
kerjakan pada bulan ini adalah:
1. Melaksanakan perintah yang wajib
dengan lebih giat
Seperti dalam firman Allah surat Ar
Ro’du ayat 11:
“Allah tidak akan merubah suatu
kaum kecuali kaum itu merubah dirinya sendiri.”
Maksudnya adalah bahwa mningkatkan
diri dalam melaksanakan perintah wajib seperti shalat
wajib, puasa Ramadhan, Zakat dalam islam, dan lainnya adalah datang dari
diri sendiri. Untuk diri sendiri yaitu memenuhi kuwajiban serta menjauhkan diri
dari kufur. “sesungguhnya solat menjauhkan dari kufur”(al hadits)
2. Memperbanyak shodaqoh
Karena dalam bulan ini banyak
terjadi perang dan mengingatkan kita tentang perang, maka sebaiknya kita mulai
membangun rasa cinta kepada sesama dengan meningkatkan shodaqoh amal jariyah kita. Adapun shodaqoh sebaiknya kita
berikan kepada Fakir Miskin, anak Yatim, orang yang berjuang di Jalan Allah,
orang yang terlilit hutang, dan orang yang sedang bepergian. Selain itu kita
juga dapat menyumbangkan sebagian harta kita untuk Jariyah.
Jariyah adalah ibadah yang pahalanya
akan terus mengalis meskipun kita telah mati seperti memberikannya pada Masjid,
Sekolah berbasis Islam, Musholla, Tempat pengajian dan lain-lain. Sehingga
ketika tempat-tempat tersebut masih dipergunakan untuk solat, kajian, menuntut
ilmu, maka pahala dari jariyah kita tidak akan putus meskipun kita telah mati.
3. Perbanyak melaksanakan solat
Berjamaah
Solat berjamaah selain memiliki keutamaan sholat berjama’ah menambah pahala kita
dua puluh tujuh derajat juga membuat kita lebih sering bersosial. solat
berjamaah juga meningkatkan rasa solisaritas kita terhadap sesama muslim.
Seorang Ulama pernah berkata bahwa Kaum Yahudi sangat mengetahui kehancuran
Islam adalah ketika sedikitnya muslim yang berjamaah solat subuh. Dan Masya
Allah, jamaah solat subuh pun dikebanyakan tempat memang semakin berkurang tiap
tahunnya.
4. Memperbanyak membaca doa tolak
balak
Doa ini dimaksudkan untuk
menghindari diri dari balak atau musibah. Doa ini berbunyi:
“Allahumma Ya Kaafiyal Bala’,
Ikfinal Bala’, Qobla nuzulihi minas sama’ Yaaa Allah.”
Atau doa ini:
“Allahumma idfa’ anna Al
gholaa’a, wal balaa’a, wal wabaa’a, wal fakhsyaa’a, wal munkara, was suyufal
mukhtalifata, wasy sydaaida wal mikhana ma dhoharo minha wama bathona min
baladina haadza khoshotan wa min baldani muslimiina Amatan innaka Ala kulli
syai’in Qodiir.”
Artinya:
“Ya Allah, hindarkanlah dari kami
kekurangan pangan, cobaan-cobaan hidup, penyakit-penyakit wabah, perbuatan keji
dan mungkar, ancaman-ancaman yang beraneka ragam, paceklik-paceklik dan segala
ujian, yang lahir maupun yang bathin, di negri kami pada khususnya, dan umumnya
di negri orang-orang muslim, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
5. Meningkatkan ketakwaan kepada
Allah
Takwa yang dimaksud adalah
melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Memjauhi larangan Allah lah
yang terasa sulit jika kita tidak terbiasa melakukannya seperti menghindari zina dalam islam. Makanya, ada bermcam-macam
manusia. yang pertama manusia yang melaksanakan perintahNya dan tidak menjauhi
laranganNya, yang tidak melaksanakan perintah dan tidak menjauhi laranganNya,
dan yang melaksanakan perintah dan menjauhi larangan sangat jarang sekali.
Hari
Valentine, secara oral, sudah ditetapkan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Pada
tanggal-tanggal menjelang hari H (tanggal 14 Februari), mall-mall dan pusat
pertokoan di kota-kota besar, akan dijumpai pernak-pernik dengan warna dominan
pink. Beberapa pasangan muda-mudi berboncengan pada malam harinya.Banyak yang
menjadikan hari ini sebagai hari yang mereka peruntukkan bagi kekasihnya.
Hari
Valentine disuguhkan dengan mitos ‘perjuangan cinta’ di masa lampau, yaitu
tentang Santo Valentinus. Dikisahkan pada zaman Kekaisaran Romawi, raja
mempunyai ide untuk tidak menikahkan prajurit, karena pernikahan akan
mempengaruhi kualitas tempur prajurit mereka. Tetapi muncul pendeta Valentinus,
yang menikahkan beberapa pasangan, sehingga melanggar aturan raja (Claudius II),
lalu ia dihukum penggal kepala. Kisah ini paling banyak diungkit, meski tidak
banyak diketahui secara detail siapakah Valentinus, dan seberapa benarkah
cerita demikian.
Versi
demikian adalah salah satu versi.Banyak yang meyakini, versi ini sengaja
‘dikasih warna Kristen.Versi lainnya menyatakan bahwa Hari Valentine sudah
diperingati jauh-jauh hari sebelumnya di Romawi.Penduduk Romawi memperingati
tanggal 15 Februari sebagai Hari Lupercalia, dewa kesuburan.2 hari sebelum
mencapai puncaknya (15 Februari) terlebih dahulu mereka mempersembahkan ritual
bagi Dewi Juno Februata, Dewi Cinta.2 hari ini (tanggal 13 dan 14 Februari),
mereka harus berkumpul untuk mengundi siapa gadis dalam kotak, dan mengambil
undian secara acak.Setelah mengambil undian, mereka mengambil gadis yang
disebutkan namanya berdasarkan undian, lalu bersenang-senang dengan pemuda yang
telah mengundinya.
Banyak kepentingan, kenapa hari tersebut sengaja
‘dipatenkan’ pada zaman modern ini.Satu sisi, banyak orang yang menyukai
kemeriahan. Di sisi lainnya, banyak pengusaha yang mengambil keuntungan bisnis
dari pengusaha produsen (pencipta pernak-pernik), jasa (penyelenggaraan
event-event valentine’s day), distributor (toko-toko/mall penyedia
pernak-pernik), sampai media massa (sebagai bahan berita menarik). Sedangkan
seorang tokoh agama Kristen (Santo Valentinus), entah sebagai nama fiktif atau
bukan, dihormati sebagai ‘pejuang cinta’.
Banyak orang yang berusaha mencari letak kehalalan Hari
Valentine ini dengan mengqiyaskan (membandingkan) teknologi, yang keduanya
sama-sama berasal dari Barat.Keduanya jelas berbeda. Teknologi adalah alat
(cara) untuk memudahkan sesuatu, sedangkan Valentine adalah kultur yang memuat
pandangan hidup yang bertentangan dengan Islam.
Firman Allah: "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36).
Penolakan Islam terhadap Valentine adalah
sistem nilai yang termuat di dalamnya, selain juga latar belakang sejarah Hari
Valentine itu sendiri. Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk membangun sistem pergaulan
bebas antara pria dan wanita. Islam mengatur bagaimana pria berinteraksi dengan
perempuan, terutama dengan non muhrim.Sehingga Khalwat (berduaan) dengan
perempuan, sebagaimana sering ditemukan oleh muda-mudi yang merayakan Hari
Valentine ini, dilarang oleh agama.
Firman Allah: :"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al Isra': 32).
Banyak ungkapan ‘cinta’ ditujukan secara
tulus kepada pasangannya, tetapi banyak cerita seorang perempuan yang hamil
ditinggal pergi oleh sang pacar, yang sebelumnya ia yakini benar-benar
menunjukkan cinta sejati kepada dirinya.
Islam adalah agama yang berisi muatan
kandungan ajaran yang bertujuan menempatkan manusia pada posisi
sebaik-baiknya.Sebagai makhluk yang dekat kepada Robb-Nya, sekaligus dapat
berinteraksi secara berimbang dengan kehidupan sosialnya.
Di seberang wilayah terdapat segelintir orang yang memahami ajaran agama secara sangat ekstrim, sehingga mengancam keseimbangan lingkungan sosial. Akhir-akhir ini pula kita dikagetkan dengan undangan 'pesta bikini' bagi para pelajar yang akan lulus dari Sekolah Menengah Atas. Di sisi lainnya, bermunculan kebebasan pemikiran yang menyerang-nyerang sakralitas agama, dan merasa dirinya legal.
Mereka
seakan tak paham, bahwa Kebebasan dirinya sangat dibatasi dengan
kebebasan orang lain. Kebebasan dibatasi dengan 'perasaan' orang lain.
Di Eropa dan Amerika saja, minuman alkohol dan sesuatu yang berbau mesum
dijauhkan dari anak-anak. Mereka juga membatasi aturan, tidak
diperbolehkan untuk menyinggung masalah 'kulit'. Hal ini berbeda dengan
kita, yang masih bebas menyinggung masalah tentang 'kulit'. Oleh karena
itu sosialisasi dan internalisasi Pancasila penting untuk diterapkan
dalam kehidupan keagamaan, masyarakat maupun pendidikan kita.
Pancasila
adalah dasar Negara kita. Negara kita bukan lah Negara Islam, tetapi bukan pula
Negara liberal. Di Indonesia, tidak berlaku hokum syariat Islam, kecuali di
beberapa tempat dimana mayoritas rakyatnya menginginkan tegaknya syariat Islam. Meski
demikian, hokum syariat islam tidak lah bertentangan dengan Pancasila, karena taka
da satu pun butir pancasila yang menyalahi ajaran Islam, begitu pula
sebaliknya.
Negara kita
bukan lah Negara Liberal, dimana apapun wujud ekspressi dan kebebasan sama
sekali tidak dibatasi. Sehingga tidak sah bagi seseorang untuk mengusung ideology
ini. Dalam implementasi nilai liberalisme yang bertentangan dengan Pancasila
ini, mereka mewujudkannya dalam banyak hal. Mereka menginginkan agar disahkan hokum
pernikahan sejenis, melegalkan peredaran miras, melegalkan porstitusi, sampai
ingin memhilangkan batasan ‘kepantasan’ dalam tarian. Seakan-akan semua itu sesuai dengan Pancasila, padahal tidak sama sekali.
Akhir-akhir
ini, Pendidikan Pancasila sangat dibutuhkan, disamping pendidikan agama. Karena
Pendidikan nilai Pancasila adalah pendidikan tentang moral yang berlaku secara
operatif di wilayah kebangsaan yang plural ini, yang didalamnya memuat
nilai-nilai keagamaan. Pendidikan pancasila penting karena akhir-akhir ini
remaja dan pelajar menjadi tak terkendali. Di sisi lainnya terdapat segelintir
kelompok radikal yang mewujudkan Negara Islam dengan jalan kekerasan. Di sisi
lainnya, terdapat ajaran liberalisme yang menghalalkan segala sesuatu dan terang-terangan
hendak menjadikan kebebasan manusia menggantikan hokum Tuhan.
Masjid
hendaknya mengambil sikap dalam menyosialisasikan nilai Pancasila ini di tengah
masyarakat. Oleh karena itu para takmir masjid, khususnya imam masjid yang
biasa memberikan ceramah ke masyarakat, mestinya orang yang paham akan pentingnya
menjaga lingkungan hidup maupun lingkungan social, dari kerusakan, baik dari
segi agama maupun dari segi pancasila. Sehingga para takmir dan jama'ah masjid dapat memahami
Pancasila dapat berjalan secara parallel, dan dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat.
Minta-minta lagi, itulah kenyataan yang sering kita lihat di masjid kita hari ini, khususnya dalam persoalan dana. Minta-minta dana pada jama’ah seakan-akan telah menjadi budaya atau kultur masjid kita hari ini, khususnya lagi pengurus masjid yang sudah tak lagi produktif dan tidak memiliki paradigma (cara padang) memakmurkan masjid dengan paradigma memberi.
Mungkin dalam pandangan mereka meminta dana pada jama’ah adalah hal yang lumrah untuk dilakukan sebagaimana aktivitas kampung pada umumnya, khususnya di tingkat RT. Mungkin mereka beranggapan pula, jika tidak meminta jama’ah, tak akan ada dana, sehingga kegiatan masjid akhirnya tak bisa berjalan.
Pembaca sekalian, maka wajar jika hampir
bisa dipastikan setiap akan ada kegiatan masjid, para takmir masjid
kita seringkali membagi struk permohonan dana. Mau memberi subsidi
tenaga pengajar TPA/TPQ minta-minta jama’ah, mau mengadakan pengajian
minta-minta dana ke rumah-rumah jama’ah, bahkan mau membangun atau
merenovasi masjid pun, tak malu-malu meminta-minta jama’ah.
Terkhusus permintaan untuk dana
pembangunan atau renovasi masjid seringkali tak pandang bulu, semua
orang muslim dimintai dana, entah itu beda kelompok, ormas atau jama’ah,
baik dari kalangan orang muslim yang tidak sholat sampai jama’ah aktif,
tak satupun luput dari permohonan dana dengan satu alasan bahwa
pembangunan atau renovasi masjid adalah tanggungjawab bersama setiap
individu muslim.
Tapi, ketika masjid telah berdiri kokoh
dan megah, lantas lupa dari mana dana pembanguan atau renovasi itu
berasal, kemudian dengan arogan mengakuisisi bahwa masjid ini adalah
milik ormasku, sebab telah di wakafkan pada ormasku, kemudian membatasi
bahwa yang boleh jadi pengurus masjid, hanya pengurus atau simpatisan
ormas tersebut, sedangkan jama’ah lainnya hanya boleh jadi jama’ah
sholat semata.
Sedangkan untuk kalangan muslim yang
awalnya juga dimintai dana, tapi belum mau sholat dan belum siap untuk
datang ke masjid setelah masjid berdiri megah nan kokoh, tak satupun
program masjid yang peduli pada mereka yang belum terketuk hatinya untuk
sholat ke masjid.
Setiap kajian dan ceramah agama, saudara kita sesama muslim yang belum sadar untuk kembali pada Islam, senantiasa menjadi bahan untuk dipersalahkan dan terus saja disindir aktivitasnya, padahal semula mereka juga dimintai dana ketika masjid sedang membutuhkan dana untuk pembangunan atau perenovasian masjid.
Setiap kajian dan ceramah agama, saudara kita sesama muslim yang belum sadar untuk kembali pada Islam, senantiasa menjadi bahan untuk dipersalahkan dan terus saja disindir aktivitasnya, padahal semula mereka juga dimintai dana ketika masjid sedang membutuhkan dana untuk pembangunan atau perenovasian masjid.
Pembaca sekalian, fenomena sebagaimana
yang saya sampaikan di atas adalah kenyataan yang banyak terjadi di
masjid kita hari ini.
Masjid akan berusaha dekat dengan masyarakat dan tidak mempermasalahkan dari ormas atau kelompok manapun, seringkali dekatnya hanya kalau ada maunya. Jika butuh tak malu-malu meminta, jika sudah tercapai keinginannya, lupa akan prilaku awalnya. Ya, inilah gambaran masjid kita hari ini yang hanya pandai meminta, tapi tidak pandai memberi.
Masjid akan berusaha dekat dengan masyarakat dan tidak mempermasalahkan dari ormas atau kelompok manapun, seringkali dekatnya hanya kalau ada maunya. Jika butuh tak malu-malu meminta, jika sudah tercapai keinginannya, lupa akan prilaku awalnya. Ya, inilah gambaran masjid kita hari ini yang hanya pandai meminta, tapi tidak pandai memberi.
Dari paradigma meminta berimplikasi banyak hal, antara lain :
1) Terjadi pengendapan dana kas masjid di luar batas kewajaran, bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Lebih ironis lagi, dana tersebut hanya disimpan di bank atau diendapkan di bendahara, sedangkan masyarakat tidak bisa memanfaatkannya jika mereka membutuhkannya.
2) Masjid akhirnya secara tak langsung ikut membebani masyarakat sekitar dengan berbagai permohonan dana. Belum lagi masyarakat terbebani pula dengan iuran kampung. Akhirnya ummat serba salah untuk menyikapi permohonan dana dari masjid. Kalau tidak diberi, kenyataannya masjid membutuhkan dana, tapi jika diberi kenyataannya sudah banyak uang yang mereka keluar untuk berbagai macam iuran atau sumbangan.
3) Ketua atau pengurus takmir masjid akan sangat tergantung dengan dana jama’ah dan kecendrungannya tidak mau repot-repot untuk menggalang dana dari pintu lainnya. Sebab, jika ada kegiatan masjid cukup minta jama’ah dari rumah ke rumah.
4) Pembangunan atau renovasi masjid akan menjadi skala prioritas para takmir masjid kita hari ini, padahal masih banyak masyarakat muslim di sekitar masjid yang membutuhkan uluran bantuan dari masjidnya.
5) Masyarakat jadi tidak terdidik untuk berinfaq, mungkin mereka beranggapan nggak usah infaqlah, toh nanti takmir masjid juga akan datang ke rumah untuk meminta dana. Akhirnya, paradigma meminta-minta ini tidak mampu menumbuhkan kesadaran berinfaq, bahwa infaq itu bukan kepentingan masjid, tapi kepentingan setiap pribadi yang mengaku beriman.
1) Terjadi pengendapan dana kas masjid di luar batas kewajaran, bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Lebih ironis lagi, dana tersebut hanya disimpan di bank atau diendapkan di bendahara, sedangkan masyarakat tidak bisa memanfaatkannya jika mereka membutuhkannya.
2) Masjid akhirnya secara tak langsung ikut membebani masyarakat sekitar dengan berbagai permohonan dana. Belum lagi masyarakat terbebani pula dengan iuran kampung. Akhirnya ummat serba salah untuk menyikapi permohonan dana dari masjid. Kalau tidak diberi, kenyataannya masjid membutuhkan dana, tapi jika diberi kenyataannya sudah banyak uang yang mereka keluar untuk berbagai macam iuran atau sumbangan.
3) Ketua atau pengurus takmir masjid akan sangat tergantung dengan dana jama’ah dan kecendrungannya tidak mau repot-repot untuk menggalang dana dari pintu lainnya. Sebab, jika ada kegiatan masjid cukup minta jama’ah dari rumah ke rumah.
4) Pembangunan atau renovasi masjid akan menjadi skala prioritas para takmir masjid kita hari ini, padahal masih banyak masyarakat muslim di sekitar masjid yang membutuhkan uluran bantuan dari masjidnya.
5) Masyarakat jadi tidak terdidik untuk berinfaq, mungkin mereka beranggapan nggak usah infaqlah, toh nanti takmir masjid juga akan datang ke rumah untuk meminta dana. Akhirnya, paradigma meminta-minta ini tidak mampu menumbuhkan kesadaran berinfaq, bahwa infaq itu bukan kepentingan masjid, tapi kepentingan setiap pribadi yang mengaku beriman.
Pembaca sekalian, dari uraian di atas
bisa kita ambil pelajaran bahwa memakmurkan masjid dengan paradigma
meminta-minta akan sangat memberatkan jama’ah masjid. Untuk itu, marilah
kita dorong masjid kita untuk tidak meminta dana dari jama’ah, terlebih
lagi meminta-minta dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah. Di
tengah ekonomi masyarakat yang sulit seperti saat ini, seharusnya ummat
di sekitar masjid tidak dibebani dengan berbagai iuran dari masjidnya.
Yakinlah, jika kita mengelola masjid
dengan benar dan lebih mementingkan pembanguan ummat dari pada
pembangunan fisik masjid, memakmurkan masjid dengan paradigma memberi
akan mampu kita laksanakan dengan baik, sebab masjid akan menjalankan
perannya sesuai dengan kemampuan dana yang dimiliki, tidak
berlebih-lebihan.
Tapi jika, ketua atau pengurus takmir
masjid menggulirkan program semacam membangun atau merenovasi masjid di
luar batas kemampuan yang dimiliki masjid, padahal masjid sebenarnya
belum butuh direnovasi (hanya karena mendapatkan bantuan dana renovasi),
maka ujung-ujungnya yakni meminta tambahan dana dari masyarakat sekitar
masjid.
Kesimpulan, dari tema ini yakni ternyata
tidaklah mudah menjadi Ketua atau Pengurus masjid hari ini, apalagi
menjadi ketua atau pengurus takmir masjid yang memiliki paradigma
memberi dan mampu menahan diri untuk tidak meminta-minta jama’ah dalam
setiap kegiatan yang diadakan masjid, walaupun masjid benar-benar
membutuhkan dana, tapi bangunlah kesadaran dan kepedulian ummat terhadap
masjidnya. Jika mereka memiliki kesadaran dan kepedulian, segala hal yang berhubungan dengan masjid akan menjadi mudah. Tapi sayangnya, banyak ketua atau pengurus masjid hari ini yang belum menjadikan pentingnya kesadaran dan kepedulian berinfaq jama’ah menjadi agenda programnya. Wallahu ‘alam bishowab.
Strukturlembaga
Pembina:
·
KH. Cholid
Mahmud, MT
·
Dr.
ArmanWidjonarko
Pengawas:
·
Much.
Maskuri
·
DR. H.
TulusMusthofa, Lc, M.Ag
Pengurus:
·
EkantiniPujiBasuki (Ketua)
·
NurcahyoNugroho (Sekretaris I)
·
WahyuSubekti (Sekretaris II)
·
EsaputriPurwandari (Bendahara I)
·
Surhidayat (Bendahara II)
PengelolaMaal:
·
EsaputriPurwandari, S.E
·
Ahmad Arifin, S.Ag
·
Rezky Lasekti W, S.Hut